STUDI POTENSI DAN KANDUNGAN
NUTRISI LIMBAH KEPALA TAUGE SEBAGAI PAKAN TERNAK ALTERNATIF DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
Darmiwati dan Muslim
Prodi
Peternakan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Swarnadwipa Teluk Kuantan
Jl. Gatot
Subroto KM 7 Jake Tlpn 081374008595 Teluk Kuantan
ABSTRACT
This research was carried out for 4 weeks
starting from September 2012 at 12 market in Kuantan Singingi Riau. The
method used is quisoner and analysis laboratorium at Andalas Universitas
Laboratory. Results of research Leather bean flavor can use by breeder to animal food. Bean sprouts content : 6,78%
of water; crude fiber 33,35%; crude
protein 18,58%, 0,92 % Calsium , 0,21 % Phospor, 6,69 % of dust and Gross Energi (GE) of 3582.75 kkal.
Keyword: Leather bean , Quality duck eggs.
PENDAHULUAN
Makin mahalnya harga ransum komersil, membuat
para peternak mencari bahan pakan alternatif untuk makanan ternaknya. Dengan
harga ransum komersil cenderung naik ini pulalah membuat para peternak merugi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut para peternak harus kreatif untuk
memanfaatkan bahan pakan baik yang berasal dari limbah industri maupun limbah
pasar yang ada disekitar perternak. Selain berpengaruh terhadap produktifitas,
pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan yaitu
sekitar 60-80% dari biaya produksi (Hardianto et al, 2002), sehingga penyusunan ransum tidak hanya harus
mencukupi nutrisi tetapi juga harus ekonomis dan menguntungkan.
Seiring
dengan berkembangnya usaha pertanian tanaman pangan hortikultura dan perkebunan
meningkat pula ketersediaan limbahnya. Potensi limbah ini sudah dimanfatkan
oleh peternak untuk bahan pakan seperti limbah industri pengolahan buah sawit,
limbah pembuatan tempe dan tahu, limbah pembuatan tepung tapioka dan limbah
pengolahan sagu baik secara langsung maupun melalui pengolahan yang sederhana
seperti pengeringan dan fermentasi.
Pemanfaatan
limbah pasar seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan daun- daunan serta hasil
perikanan masih sangat terbatas, padahal limbah pasar sangat potensial dijadikan
pakan ternak bernilai ekonomis. Menurut Bestari et al (2011) membuat pakan dari sampah antara lain dapat dimulai
dari pemisahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan,
fermentasi, pengeringan, penepungan, pencampuran dan pembuatan pellet.
Salah
satu limbah sayuran yang potensial sebagai bahan pakan alternatif adalah limbah
tauge dimana limbah ini sangat mudah diperoleh, akan tetapi kurang dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak karena kurangnya pengetahuan cara pemanfaatan.
Limbah tauge terdiri dari patahan batang, akar dan penutup lembaga atau kepala
touge.
Limbah
tauge sering kali dianggap tidak berguna dan dapat mencemari lingkungan, namun
melihat kandungan gizi yang terdapat dalam limbah tauge, maka limbah tauge
tersebut kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pakan ternak domba
dan unggas (Al-amin, 2012).
Selain memberikan nilai ekonomis dan menggurangi pencemaran lingkungan,
pemanfaatan dan mendaur ulang limbah pasar menjadi komoditas baru dapat
memberikan keuntungan dan pendapatan peternak.
Di
Kabupaten Kuantan Singingi potensi limbah touge sangat
besar karena tingkat konsumsi touge cukup tinggi untuk sayuran, makanan jajanan
(tahu isi) dll. Potensi ini tersebar di dua belas pasar Kecamatan yang ada di
Kabupaten Kuantan Singingi.
Tauge
sebagai bahan pangan mempunyai keuntungan yaitu mudah diproduksi dan tidak
mengenal musim. Sedang disisi lain harga relatif murah dan selalu tersedia di
pasaran, sehingga sebesar 88 % rumah tangga mengkosumsi tauge lebih dari 3 kali
seminggu (Fernandes et al, 1977)
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian potensi dan nutrisi limbah tauge sebagai bahan pakan
ternak alternatif di Kabupaten Kuantan
Singingi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan kandungan nutrisi limbah kepala tauge sebagai pakan ternak alternatif di Kabupaten Kuantan Singingi.
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
Tahun 2012 sampai Januari Tahun 2013 pada 12 pasar Kecamatan yang ada di
Kabupaten Kuantan Singingi dan
tempat menganalisa kandungan gizi (analisis proksimat) di Laboratoriun Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Andalas Padang.
Metode Penelitian
1. Penelitian untuk mengetahui potensi limbah mengunakan metode kuisioner
terhadap pedagang touge yang ada di masing-masing Pasar Kecamatan yang ada di
Kabupaten Kuantan Singingi.
2. Penelitian untuk mengetahui kandungan Nutrisi limbah kepala touge mengunakan analisa proksimat. Bahan untuk analisis protein kasar
yaitu sampel uji, 2SO4, HgO, H2SO4, HCl, air, NaOH, H3BO3, indikator metil
merah dan biru dalam alkohol,
bahan lain untuk analisis serat kasar yaitu sampel uji, petroleum eter, buffer
fosfat 0,1M, enzim alfa amylase, aquades, HCl, enzim pepsin, NaOH 0,1 N, enzim
pankreatin, garam celite kering, etanol 90 %, dan aseton, bahan lain untuk
analisis lemak yaitu sampel uji dan heksana, bahan lain untuk analisis kalsium
yaitu kalsium oksalat, H2SO4, KMnO4, aquades,
larutan abu, larutan amonium oksalat, indikator metil merah, amonia encer, dan asam asetat.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis
data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung dilapangan melalui
kuisioner dengan pedagang touge data yang dibutuhkan seperti lama berusaha, jumlah pembuatan touge, produksi limbah touge, pemanfaatan
limbah toge. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2006). Data sekunder diperoleh dari
instansi terkait yang dibutuhkan
untuk Penelitian ini.
Studi
pustaka dilakukan untuk mendapat data serta menggali informasi yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat. Studi pustaka dilakukan melalui buku, studi
terdahulu terkait limbah gouge.
Populasi dan Sampel
Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
potensi dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006) Populasi dalam
penelitian “Studi Potensi Limbah Tauge Sebagai Pakan Ternak alternatif” adalah
pedagang tauge. Secara keseluruhan jumlah populasi penelitian adalah 94 jiwa,
yang terdiri dari ;
Tabel 1. Pasar di Kabupaten Kuantan Singingi
Lokasi
|
Populasi
|
Lokasi
|
Populasi
|
Pasar Singingi Hilir
|
12
|
Pasar Cerenti
|
8
|
Pasar Muara Lembu
|
8
|
Pasar Inuman
|
5
|
Pasar Lubuk Ambacang
|
6
|
Pasar Baserah
|
14
|
Pasar Lubuk Jambi
|
12
|
Pasar Perhentian Luas
|
3
|
Pasar Gunung
|
7
|
Pasar Pangean
|
6
|
Pasar Teluk Kuantan
|
17
|
Pasar Benai
|
11
|
Jumlah
|
68
|
Jumlah
|
47
|
Total
|
|
115
|
|
Untuk
memperoleh data primer dilakukan pada seluruh populasi sebagai sampel
penelitian dengan pertimbangan populasi relatif kecil, simpulan dari penelitian
memberikan gambaran yang komperhensif tentang produksi limbah tauge.
Metode Analisis Data
Metode
analisis merupakan suatu alat untuk membahas sasaran yang ingin diwujudkan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data yang telah diperoleh dianalisis
secara deskriptif sehingga menghasilkan suatu kesimpulan khususnya mengenai
potensi limbah touge (kuantitas) . Analisa Proksimat kandungan gizi (kualitas)
limbah tauge. dianalisis di
laboratorium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Limbah Kepala Tauge
Limbah
kepala touge adalah limbah sayuran yang berasal dari kecambah kacang hijau
(tauge) limbah ini hanya terdiri dari tutup/tudung tanpa patahan batang maupun
akar tauge. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, dalam satu kilogram
kacang hijau akan menghasilkan 2,98 kg tauge dan 112,98 gram atau 0.11 % limbah
kepala tauge segar. Masing –masing pasar
yang ada di Kabupaten Kuantan Singing memiliki jumlah pedagang dan potensi
limbah kepala tauge berbeda sebagaimana terlihat pada Table 3 berikut:
Tabel. 2 Potensi Limbah Tauge
No
|
Nama Pasar
|
Jumlah Pedagang (orang)
|
Kacang Hijau (kg)/ mgg
|
JumlahTouge (kg)
|
Limbah Kepala Touge (kg)
|
1.
|
Koto Baru
|
12
|
108
|
321.84
|
12.2
|
2.
|
Muara Lembu
|
7
|
115
|
342.7
|
13
|
3.
|
Lubuk Ambacang
|
6
|
45
|
134.1
|
5.7
|
4.
|
Lubuk Jambi
|
12
|
141
|
420.18
|
16
|
5.
|
Gunung
|
7
|
76
|
226.48
|
8.6
|
6.
|
Teluk Kuantan
|
17
|
215
|
640.7
|
24.3
|
7.
|
Cerenti
|
8
|
55
|
163.9
|
6.2
|
8.
|
Inuman
|
5
|
58
|
172.84
|
6.6
|
9.
|
Baserah
|
15
|
190
|
566.2
|
21.5
|
10
|
Perhentian Luas
|
3
|
65
|
193.7
|
7.3
|
11.
|
Pangean
|
6
|
64
|
190.72
|
7.2
|
12.
|
Benai
|
12
|
121
|
360.58
|
13.7
|
Jumlah
|
110
|
1.253
|
3.733.94
|
141.589
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa potensi limbah kepala tauge yang ada dipasar
kecamatan bervariasi mulai dari 5.7 kg sampai 24.3 kg per minggu. Potensi yang paling besar
terdapat di Pasar Teluk Kuantan yaitu 24.4
kg/mggu, karena pasar ini merupakan pasar kabupaten dan yang paling
sedikit potensi limbah kepala tauge adalah di pasar Lubuk Ambacang Kecamatan
Hulu Kuantan yaitu 5.7 kg/mggu.
Limbah kepala tauge dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia dan unggas. Pemanfaatnan dapat dilakukan dalam bentuk segar
dengan mencampurkan dengan bahan pakan lain. Untuk meningkatkan
daya simpan limbah kepala tauge dapat di keringkan dengan cara dijemur pada
panas matahari selama 2 hari.
Pemberian
pada ternak unggas khususnya ayam dan puyuh, untuk memudahkan dikonsumsi
meningkatkan daya cerna maka salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan cara penepungan (giling). Bahan ini sebagai bahan pakan alternatif yang
sangat mudah didapat dan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia dan ketersediaannya mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Efendy dan Asri (1997) tauge secara luas dikosumsi
terutama di Asia Tenggara dan Afrika
Timur sebagai salah satu jenis sayuran lokal yang sudah lama dikembangkan dan
dimanfaatkan dengan klasifikasi bernilai ekonomi dan bergizi tinggi. Tauge
sebagai bahan pangan mempunyai keuntungan yaitu mudah diproduksi dan tidak
mengenal musim. Sedangkan disisi lain harga relatif murah dan selalu tersedia
di pasaran, sehingga sebesar 88 % rumah tangga mengkosumsi tauge lebih dari 3
kali seminggu.
Kandungan Nutrisi Limbah Tauge
Hasil
analisis laboratorium (proksimat) terlihat pada table dibawah ini:
Tabel . 3.
Kandungan Nutrien Kepala Tauge
Bahan
|
Ka
|
SK
|
LK
|
PK
|
Ca
|
P
|
ABU
|
GE
|
%
|
Kkal
|
|||||||
Limbah Kepala Tauge
|
6,78
|
33.35
|
-
|
18.58
|
0,92
|
0,21
|
6,69
|
3582,75
|
Sumber
: Laboratorium Industri Pakan Fak. Peternakan Unand 2012
Kadar Air
Kadar air limbah kepala tauge yang dijemur selama dua hari sebesar
6.78 % maka bahan ini termasuk pakan yang baik karena kadar air tidak melebihi
14.5% (Sutardi,2003).
Air
merupakan zat makanan yang paling banyak dan mudah didapat di alam. Bahan pakan
mempunyai kandungan air lebih banyak dibandingkan dengan kandungan
nutrien lainnya. Yang dimaksud air dalam analisis proxsimat adalah semua cairan
yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 105-110ºC dengan
tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak menguap mempunyai bobot tetap
(Soejono, 2004).
Tiap
bahan makanan selalu mengandung air, bahan makanan biji-bijian mengandung air
kurang lebih 4-14 %. SNI 01-4428.1996
mengisaratkan kadar air maksima 14 %. Banyaknya air dalam bahan makanan
mempengaruhi banyaknya air minuman yang diperlukan oleh ternak. Air diperlukan
sekali oleh ternak itu sendiri 50-70% (Sosroamidjojo, 1978).
Tinggi
rendahnya kadar air dalam bahan pakan harus diatur. Kadar ini menentukan
komposisi kandungan nutrien pakan. Faktor yang mempengaruhi kadar air salah
satunya adalah metode pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan.
Pakan dapat disimpan jika bahan pakan mempunyai kandungan air 13,5%, karena
kandungan air yang terlalu tinggi akan merusak nutrien dari bahan pakan karena
didegradasi oleh bakteri.
Kadar Serat Kasar
Hasil
dari analisis kadar serat kasar limbah
kulit tauge cukup tinggi yaitu 33.35 %. Hal ini menjadi faktor yang menjadi
pembatas pemberian kulit tauge dalam ransum unggas, karena unggas tidak mampu
mencerna pakan yang mengandung serat kasar tinggi.
Serat
kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang sebagian besar tidak
dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai pengganjal atau bulky (Wahju,
2004). Serat kasar dapat membantu gerak peristaltik usus, mencegah penggumpalan
ransum dan mempercepat laju digesta (Anggorodi, 1985). Kadar SK yang terlalu
tinggi, pencernaan nutrien akan semakin lama dan nilai energi produktifnya
semakin rendah (Tillman et al., 1991). Serat kasar yang tinggi
menyebabkan unggas merasa kenyang, sehingga dapat menurunkan konsumsi karena
serat kasar bersifat voluminous (Amrullah, 2003). Ransum yang tinggi
kandungan serat kasarnya menyebabkan kurang palatable, sehingga menghasilkan
konsumsi yang rendah (North dan Bell, 1990). Pencernaan serat kasar di unggas
terjadi pada caecum dengan bantuan mikroorganisme yang disebabkan unggas
tidak memiliki enzim selulase yang dapat memecah serat kasar (Wahju, 2004).
Kadar Lemak Kasar
Hasil
analisa kadar lemak limbah kepala tauge adalah 0 % dalam artian tidak terdapat
kandungan lemak dalam limbah kepala tauge. Lemak adalah zat makanan yang
diperlukan oleh tubuh selaku sumber kalori dan tenaga serta sebagai bahan
pelarut vitamin tertentu. Lemak terdapat banyak pada biji-bijian terutama biji
kacang-kacangan. Rumput dan umbi-umbina mengandung seedikit lemak
(Sosroamidjojo,1978).
Analisis
kadar lemak kasar dapat dilakukan dengan metode langsung yang berprinsip bahwa
lemak dapat diekstrasi dengan eter atau pelarut lemak lainnya, sedangkan metode
tidak langsung berprinsip lemak dapat diekstrasi oleh eter atau pelarut lainnya
(Tillman, 1993).
Istilah
lemak kasar menggambarkan bahwa zat dimaksud bukan hanya mengandung senyawa
yang tergolong ke dalam lemak tetapi termasuk senyawa lain. Lemak mempunyai
konsentrasi energi paling tinggi dibanding nutrien pakan lainnya karena
mempunyai struktur intra molekuler karbon dan hidrogen yang lebih banyak
sehingga lemak merupakan sumber kalori yang penting disamping berperan sebagai
pelarut vitamin.
Kadar Protein Kasar
Hasil
analisa kadar protein kasar limbah kulit tauge adalah sebesar 18.58 %. Kadar
protein ini cukup tinggi bila dibandingkan kadar protein bahan pakan lain
seperti kadar protein jagung kuning 8,4 %. Tingginya kandungan protein kepala
tauge, maka bahan ini dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber protein.
Protein
dibedakan atas protein kasar dan protein murni. Protein kasar adalah
protein murni ditambah amiden-amiden, sedangakan protein murni adalah protein
yang tersusun atas asam-asam amino (Sosroamidjojo, 1978).
Gross Energi (GE)
Hasil
analisis GE limbah kepala tauge sebesar 3582.75 kkal. Kandungan GE ini
tergolong tinggi dibandingkan bahan pakan yang bersumber dari biji-bijian lain,
sehingga bahan ini berpotensi sebagai bahan pakan ternak. Analisis kadar energi
adalah usaha untuk mengetahui kadar energi bahan baku pakan. Dalam analisis,
biasanya ditentukan energi bruto terlebih dahulu dengan cara membakar sejumlah
bahan baku pakan sehingga diperoleh hasil-hasil oksidasi yang berupa
karbondioksida, air dan gas-gas lainnya. Penentuan energi bruto menyatakan
energi kalori dalam bahan baku pakan yang dianalisis. Untuk standar energi
bahan baku pakan unggas, digunakan energi metabolis (E.M.) dan diperhitungkan
sekitar 60% dari energi bruto (Agus,1987).
Gross
Energy didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila suatu zat
dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air ini masih
mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena hewan
sudah tidak bisa memecah zat-zat melebihi CO2 dan air
Tinggi
rendahnya energi dipengaruhi oleh kandungan protein, karena protein berperan
sekali terhadap pertumbuhan sehingga mempengaruhi jumlah ransum yang masuk ke
dalam tubuh (Rasyaf, 1994). Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan
tergantung dari proporsi karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan
pakan tersebut. Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut.
Mineral Calsium (Ca)
Hasil analisa proksimat Ca limbah kepala tauge adalah
sebesar 0.92%, kandungan ini tergolong tinggi dibanding dengan bahan pakan lain
yang berasal dari biji-bijian seperti bungkil kedele 0.27%, jagung 0,37%, dedak
0.70% (Scot, et al., 1982)
Menurut Wahju (1988) Mineral Ca sangat berperan dalam
pembentukan tulang (terutama pada ayam muda), transmisi impuls saraf, kontraksi
otot, menormalkan irama jantung, keseimbangan asam-basa dalam tubuh,
pengumpalan darah, aktifator atau stabilizer enzim dan pembentuk kerabang telur
(pada ayam yang sedang bertelur). Tanda-tanda kekurangan Ca antara lain
konsumsi makanan menurun, pertumbuhan terganggu, tingkat metabolisme basal meningkat,
aktivitas dan sensitivitas menurun, bentuk tulang tidak normal, ricketsia atau
osteoporosis, mudah mengalami pendarahan dalam tubuh, volume urine meningkat,
daya hidup menurun, tatany (gemetar), kulit telur tipis dan produksi telur
menurun.
Mineral Fospor (P)
Hasil analisa
proksimat Fosfor (P) limbah kepala tauge adalah sebesar 0.21%, kandungan ini
tergolong tinggi dibanding dengan bahan pakan lain yang berasal dari biji- bijian seperti bungkil kedele
0.18%, jagung 0,06%, dedak 0.07 %
. (Scot, et al., 1982). Menurut
Wahju, (1988) Mineral Fosfor (P) sangat berfungsi pembentukan tulang dan
peralatan tubuh, komponen a.sam nukleat (DNA dan RNA), keseimbangan asam-basa,
koordinasi otot, untuk energi, pengatur dan komponen dari enzim-enzim,
metabolisme jaringan saraf, transpor asam-asam lemak dan lipid lainnya, dan
terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kekurangan nafsu
makan menurun, lemah, riketsia, pertumbuhan terganggu, metabolisme Ca
terganggu, dan kematian dalam tempo 10-12 hari
KESIMPULAN
Limbah
kepala toge sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ternak karena jumlah cukup tersedia disetiap pasar yang ada di
Kabupaten Kuantan Singingi. Sampai saat ini belum banyak peternak memanfaatkan
dan hanya menjadi sampah yang dapat
mencemari lingkungan. Ditinjau dari sisi nutrisi, limbah ini merupakan bahan pakan sumber
protein, mineral dan energi.
DAFTAR PUSTAKA
Fernandez,
E. Efendy dan A. Hidayat, 1977. Konstribusi wanita pengusaha tauge dalam
pengolahan sumberdaya keluarga di Kotamadya Mataram, Nusa Tengara Barat.
Laporan Penelitian yang dipublikasikan. Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Anggorodi,
1995. Ilmu Nutrisi Aneka Ternak Unggas.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Campbell. J.R. dan J.F Lasley. 1977. The Science Of Animals That Serve Mankind.
Tata mcGraw-Hill Publ. Company Lim. New Delhi.
Fletcher,
D. L., 1980. An evaluation of the A.O.A.C. method of yolk colour analysis. J
Poultry Sci. Vol. 59 : 1059
Firdaus,
2010. Uji kualitas telur. http://ternak-ayam-kampung.blogspot.com. [16 Nopember 2012].
Romanoff,
A.L. and Romanoff, 1963. The Avian Egg.
Jhon Wiley and Son Inc. New York.
Scott, M. L., Nesheim, M. C, dan Young, R. J. 1982. Nutrition of the Chiken. 3rd ed.
M. L. Scott and Associates Publisher Ithaca, New York.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas
Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar